PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG LARVA LALAT TENTARA HITAM (Hermetia illucens) TERHADAP KECEPATAN TUMBUH BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

Isi Artikel Utama

Ricky Selamet Rahayu
Ramadhani Eka Putra
Rika Alfianny

Abstrak

Quail (Coturnix-coturnix japonica) is a type of poultry that can be cultivated commercially because it has relatively fast growth and high productivity. Black Soldier Fly (BSF) is an insect that can be used as an alternative feed for quail in the form of flour because it contains high protein and fat which is friendly too for the environment. This study aims to determine the differences in the proximate content of each treatment; determine the difference in growth speed performance through the parameters of Initial Weight (IBW) and Final (FBW), Average Weight Gain (ABWG), and Body Length, determine differences in feed consumption parameters and feed conversion ratio (FCR) to weight gain; and determine which treatment yields the best performance for quail growth. This study used 80 quail with a feed composition of treatment A (100% commercial), B (25% BSF + 75% commercial), C (50% BSF + 50% commercial), D (75% BSF + 25% commercial), and E (100% BSF). The data were processed using IBM SPSS Statistics 25 software. The results showed that the highest proximate characteristics of water content, crude protein, crude fat, ash, fiber, calcium, and phosphorus were obtained in treatment E (100% BSF). The results of statistical analysis showed that there was a significant difference due to the provision of BSF flour to the growth speed parameters, that is the Final Body Weight (FBW) and the Feed Consumption parameter with the optimal treatment, that is treatment B (25% BSF + 75% commercial). The treatment that produced the best performance on quail growth speed was the provision of a feed mixture of 25% BSF flour and 75% commercial feed.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Rincian Artikel

Bagian
Articles
Biografi Penulis

Ricky Selamet Rahayu, Institut Teknologi Bandung

Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati

Ramadhani Eka Putra, Institut Teknologi Bandung

Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati

Rika Alfianny, Institut Teknologi Bandung

Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati

Referensi

Akram, M., Shah, & Khan, M. (2013). Effect of varying floor space on productive performance of japanese quail breeders maintained under litter floor and cage housing systems. Journal Agricultural Science, 37, 1-2.

Aris, S., Mirwandhono, E., & Emmyliam. (2006). Pemanfaatan Tepung Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dan Molases Dalam Ransum Terhadap Performa dan Income Over Feed Cost (IOFC) Itik Peking Umur 1- 56 hari. Jurnal Agribisnis Peternakan, 2, 67-71.

Ayuningsih, B., Rochana, A., Hernaman, I., & Hidayat, H. (2019). Kadar NPK Feses Domba Garut yang Diberi Ransum Mengandung Silase Daun Rami (Boehmeria nivea). Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 6, 161-165.

Bakrie, B. E. (2012). Pemberian Berbagai Level Ransum Anak Puyuh Dalam Masa Pertumbuhan (umur 1-6 minggu). Jurnal Penelitian Peternakan Terapan, 12, 58-68.

Dwiyanto, K., & Priyanti, A. (2009). Pengembangan Industri Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 2, 208-228.

Fahmi, M., Hem, S., & Subamia, I. (2007). Potensi Maggot Sebagai Salah Satu Sumber Protein Pakan Ikan. Dalam: Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewan Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXV. Hlm. 125-130.

Iskandar, R., & Fitriadi, S. (2017). Analisa Proksimat Pakan Hasil Olahan Pembudidaya Ikan Di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Zira’ah, 42, 65-68.

Khalil, H., Gerken, A., & Hassanein, M. (2012). Behavioural responses of two Japanese quail lines differing in body weight to heat stress. Egyptian Journal Animal Production, 47, 151-158.

Listiyowati, E., & Kinanti, R. (2009). Beternak Puyuh Secara Komersial. Jakarta: Panebar Swadaya.

Lokapirnasari, W. (2017). Nutrisi dan Manajemen Pakan Burung Puyuh. Surabaya: Airlangga University Press.

Marsudi, & Saparinto, C. (2012). Puyuh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nur, E., & Novieta, I. (2014). Kandungan Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Sebagai Alternatif Pakan Konsentrat pada Ransum Ternak dengan Menggunakan Lama Perendaman NaCl yang Berbeda. Jurnal Galung Tropika, 3, 106-115.

Nurhajah, A., Purnomoadi, A., & Harjanti, D. (2016). Hubungan antara konsumsi serat kasar dan lemak kasar dengan kadar total solid dan lemak susu kambing Peranakan Ettawa. Jurnal Agripet, 16, 1-8.

Pati, A., Rukmini, N., & Mardewi, N. (2020). Penampilan Puyuh Betina Yang Diberikan Pakan Mengandung Tepung Limbah Tauge. Gema Agro, 25, 103-106.

Prawitasari, R., Ismadi, V., & Estin. (2012). Kecernaan protein Kasar dan Serat Kasar Serta Laju Digesta pada Ayam Arab yang Diberi Ransum Dengan Berbagi Level Azolla mycrophyla. Animal Agriculture Journal, 1, 471-483.

Rahayu, S., Bata, & Hadi, W. (2014). Substitusi Konsentrat Protein Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang Diolah Secara Fisiko-Kimia, dan Fermentasi Menggunakan Bacillus sp. Jurnal Agripet, 14, 31-36.

Rahayu, T., Rahayu, A., Pribadi, N., & Putra, D. (2020). Kandungan Nutrien Ransum Itik Magelang Periode Produksi yang Disuplementasi Tepung Daun Sentro (Centrosema pubescens) Dengan Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium). Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan VII-Webinar: Prospek Peternakan di Era Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19 Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Hlm. 701-706

Retnani, Y., Wigati, D., & Hasjmy, A. (2009). Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Berbentuk Crumble. Jurnal Ilmiah Ilmu Peternakan, 9, 137-145.

Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta: Andi Publisher.

Secci, G., Bovera, F., Nizza, S., Baronti, N., Gasco, L., Conte, G., Serra, A., Bonelli, A., & Parisi, G. (2018). Quality of Eggs from Lohmann Brown Classic Laying hens Fed Black Soldier Fly Meal as Substitute for Soya Bean. Animal, 12, 2191-2197.

Setyono, D., Ulfah, M., & Suharti, S. (2013). Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

SNI. (2006). Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail Grower). Jakarta: Standar Nasional Indonesia .

Sudarmaji, S., & Bambang, H. (2003). Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Suprijatna, E., Umiyati, A., & Ruhyat, K. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tamba, H., Suprijatna, E., & Atmomarsono, U. (2019). Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Tinglah Laku Makan Burung Puyuh Petelur. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14, 28-37.

Wardhana, A. (2016). Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak. Wartazoa, 26, 69-78.

Wina, E., & Susana, I. (2013). Manfaat lemak terproteksi untuk meningkatkan produksi dan reproduksi ternak ruminansia. Wartazoa, 23, 176-184.

Woodard, A., Abplanalp, H., Wilson, W., & Vohra, P. (1973). Japanese Quail Husbandry in The Laboratory (Coturnix coturnix japonica). California: University of California.